Rabu, 07 Maret 2012

berawal dari rumah sakit

(no subject)
Inbox
x



"Nyokap gw harus operasi kangker hati...."

Itu sebagian kalimat yang keluar dari pria sebut aja namanya Mail.

Seharusnya udah nikah bulan September kemarin, tapi karena uang pernikahan sederhana nya yang berjumlah 12 juta itu kepake buat biaya ibunya yang terkena kangker hati, terpaksa ia mengundurkan niat mulia tersebut hingga bulan Juni 2012.

Pekerjaan Mail adalah seorang OB yang tinggal di gang dengan perumahan yang rapat.. makin lah susah hidup nya kalo dia harus mengeluarkan biaya belasan juta untuk biaya berobat ibunya yg terkena kangker hati.

Kira kira itu gambaran nya.. salah siapa?? kalo menurut Pancasila sila 5 yang berbunyi Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia maka, hal tersebut tidak pernah dirasakan oleh rakyat secara adil.

Sekarang kita liat mengenai tingkat "kemalasan" si Mail di masa muda, tapi bisa aja dia kena korban Sila ke 5 dan tidak bisa merasakan sekolah dan akhirnya tidak punya intelegensi yang tinggi juga karena mind set yang terbentuk adalah mencari "uang uang kecil".

Seharusnya, pendidikan masuk dalam "jatah" semua orang, dan "pelayanan ksehatan" tidak mnjadi bisnis bagi rakyat lokal lebih tepatnya rakyat kecil krena dengan menjadi sehat dan pintar dalah bekal untuk membuat sebuah negara itu maju.

Namun kenyataan terjadi adalah, pelayanan Rumah Sakit melihat latar belakang pasien itu sendiri. Semakin kaya tentunya semakin "licin" dan semakin miskin tentunya semakin "lama" dengan persaratan surat kemiskinan yang hrus diperlicin lagi dengan "jangkrik" untuk a, b, c, dan d.

Padahal kita udah puunya sila sila yng mmadai.. tpi kenapa justru tidak ada apikasinya?? sila itu cuma 5 ditambah pengertian dan penjelasan yang seharusnya "menjamin" hidup rakyat banyak di undang undang.

Tapi udah 67 tahun.. keadaan tidak bisa baik, dan banyak sekali orang brlomba lomba untuk menjadi kepala negara.

Yang pusat tambah kaya, tapi tidak menjamin kondisi msyarakat di sar pusat pmerintahan layak.

Padahal umar Bin Khattab mencontohkan bwa ia dalah seorang pesiden(khalifah) yang benar benar sedih apabila mendapati rayatnya marah karena hidup yang tidak layak.

Dari rumah sakit itu saya menarik mundur,  sebuah pndidikan sandar nasional dan pelayanan ksehatan yang merata tidak bisa mncerminkan Sila ke 5, kalo mau lancar pake duit..

Yg pting, bisnis lancar walaupun harus mgorbankan kemajuan bangsa secara merata.

Gw gak sok ptriotik, gw hanya miris melihat kenyataan seperti itu dan cuma bisa berdo'a dan gak bisa melakukan hal besar. karena seharusnya semua itu bisa gratis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar